Jumat, 25 Maret 2011

MENAPAKI JEJAK SANG AYAH

Ayah lahir di Padang, 1 Januari 1959 anak kelima dari sembilan bersaudara, merupakan anak dari H.Abu Nazar Idris dan HJ. Gadis talao. IRDAMSYAH NAZAR itulah sosok berjiwa pemimpin, pengkrtik, dan sangat keras.. awalnya ayah saya adalah seorang pengusaha besi tua namun ayah saya memilih berpaling ke dunia politik, diantara saudara-saudaranya, ayah saya lah yang mungkin hanya berkecimpung didunia politik, pada masa reformasi ayah saya ikut sebagai pelopor salah satu partai besar saat ini yaitu partai amanat nasional, dengan kenginannya mewakili aspirasi masyarakat maka pada tahun 1999 ayah saya ikut pemilu masa reformasi, namun ayah saya gagal, namanya juga nasib mungkin bukanlah saatnya ayah saya berada di parlement. Alhamdulillah setelah menunggu selama hampir 4 tahun ayah saya pun terpilih untuk menggantikan salah seorang rekannya yang di lengserkan dari kursi parlement. selam masa bakhti 2003-2004 ayah saya telah banyak mewakili aspirasi masyarakat. 

setelah beberapa tahun menjalani tugas sebagai anggota dewan terhormat, pada tahun 2004 ayah saya kembali ingin mengikuti pemilu untuk kedua kalinya, kali ini ayah saya berhasil karena kepercayaan dari masyarakat dan tugas yang amat bagus selama tahun 2003-2004, ayah saya duduk dalam periode 2004-2009, selama menjalani tugas ini ayah saya sangat mendengarkan aspirasi masyarakat, keluhan dari masyarakat hingga akhirnya ayah saya pun lebih mementingkan urusan pekerjaannya dari pada keluarga, tapi saya memaklumi itu karena tugas beliaulah.

Ayah saya pernah merasakan betapa hebatnya kehilangan seorang anak yang sangat beliau cintai, pada tahun 2007, adek saya meninggal dunia akibat gejala DBD, mungkin pada saat itu sesuatu mimpi buruk menghampiri keluarga kami, namum di balik kerasnya ayah saya, beliau tak mampu menahan air mata yang jatuh begitu banyak.. pada saat detik-detik sebelum adek saya meninggal Bapak walikota padang yang juga teman akrab papa saya yang melepas kepergian adek saya, hingga sampai pemakaman Bapak walikota tetap mendampingi, saya mengambil pelajaran dari ayah saya dan bapak walikota, persahabat harus di buktikan dengan perbuatan jangan hanya ungkapan belaka saja...

tahun-tahun berlalu setelah lima tahun ayah saya mengabdikan diri dari 2004-2009, pada pemilu tahun 2009 ayah saya kembali mengikutinya untuk yang ketiga kali, namun sama halnya yang terjadi pada tahun 1999 ayah saya kembali gagal karena banyaknya money politic, saya berpikir bahwa ayah saya de javu dengan angka sembilan, lihat saja pada tahun 1999 ayah saya gagal, dan tahun 2009 ayah saya juga gagal padahal waktu itu nomor urut partai pun angka 9, dan pemilu pada tahun 2009 di adakan pada tanggal 9... sungguh sebuah de javu yang sangat-sangat tidak di inginnkan ayah saya...

saya pernah bertanya kepada ayah "apa yang akan ayah lakukan setelah ini??", lalu ayah saya menjawab "jangan abang pikirkan itu nak, abang sekolah lah dengan sungguh-sungguh, buat papa dan ibu bahagia" ungkap ayah saya.
itulah ayah saya yang hanya ingin melihat anaknya berhasil, pemikiran-pemikiran ayah yang sangat luar biasa tidak dapat saya artikan..
pernah suatu ketika ayah berbicara pada saya " nak papa tahun 2014 bakal ikut pemilu lagi"
saya pun tersentak dan tak menyangka betapa inginnya ayah mengabdi untuk negeri ini..

setamat dari anggota DPRD, ayah saya memilih bekerja sebagai wiraswata dan mengelola pabrik bio gas dan kebun teh di solok, namun ayah saya di tepatkan di baruh gunung payakumbuh...
ibu saya pernah bercerita " abang tau ndak, papa tu ndak pernah naik bus, baru kali ini papa kerja naik bus, papa disana tidur di barak-barak.."
dalam hati saya merasa terharu, begitu besarnya ingin papa untuk bekera demi mencari seonggok nasi...
bangga saya dengan papa.. I LOVE U PAPA <3

akhir-akhir ini saya membaca koran,melihat, dan mendengar bahwa dalam dugaan korupsi dana representatif PDAM, dirut nya menyebutkan bahwa ayah saya terlibat dalam penggunaan uang itu... lalu ibu memberi tau ke ayah saya..
"papa, nama papa di masukan dalam dugaan korupsi dana representatif,.." tutur ibu..
ayah pun terkejut seolah tak menyangka, sekian kalinya ayah saya di tuduh...
"biar saja bu, belum tentu itu benar.." jawab ayah saya...
seminggu berita itu terbit, di lingkungan rumah saya orang sibuk menghina, dan menyudutkan ayah saya, padahal saya tak kuat mendengar cacian-cacian itu...
tapi biarlah saya tetap bangga punya ayah seperti beliau, tetap semangat papa..

suatu hal yang dapat saya petik dari ayah saya adalah jangan pernah berhenti menggapai cita-citamu, jangan pernah patah semangat, jangan pedulikan orang-orang yang membuat jahat kepadamu, intinya dirimulah yang akan merubah dunia, dan di tanganmulah Indonesia menginginkan pemimpin yang bijaksana.

1 komentar: